Rumah Busana AQEELA is OPEN

AlhamduliLlah akhirnya rumah busana AQEELA resmi dibuka. Ditandai dengan dipasangnya banner di muka garasi rumah kami. Operasionalnya sih udah hampir tiga minggu yang lalu dan penglaris alias pembeli pertama malah datang sebelum toko buka. Berkat ‘obrolan’ si mbak dengan sesama asisten rumah dan baby sitter di komplek kami. Beberapa jilbab laku, menyusul kaos anak, jilbab anak, kemudian selimut Jepang, lalu item-item clothing deh, alhamduliLlah. Yah meski belum terlalu ramai setidaknya pagar telah terbuka dan jalan sudah terbentang. Omzet 2 minggu perdana hampir 1 juta loh! Mudah-mudahan setelah disusul promosi dengan brosur, penjualan offline dan online akan segera meningkat, amiin.

Silahkan berkunjung ke Rumah Busana Aqeela yah di favourite link tuh atau klik banner animasi paling bawah blog ini (sambil baca2 postingan mama Echa gitcu). Oiya, ini jepretan mama tukang poto amatiran.



Yang ini pasukan ceriwis siap melayani calon pelanggan dengan ceria: Ayesha (PR Manager), Alifya (Board of Commissioner), Aqeela (Managing Owner).



Just Syariah!

Postingan sebelumnya mengenai dasar-dasar investasi (konvensional) sekedar memberikan pencerahan (moga2) buat teman-teman semua. Saya sebut konvensional karena bicara tentang investasi tentu banyak beririsan dengan konsep interest alias bunga, selain itu juga untuk membedakan dengan yang syariah (bebas bunga). Bagi teman-teman muslim tentu memanfaatkan ilmu tsb sebagai masukan saja, untuk aplikasinya gunakan prinsip manajemen investasi syariah agar sukses dunia akhirat. Konsep mudahnya, untuk melihat apakah bank kita, asuransi kita, investasi kita (dlm berbagai tipe) sudah masuk kategori syariah adalah; dengan ketiadaan unsur maisir, ghoror dan riba (maghrib) dan akadnya sesuai syariah.

Lebih lanjut tentang ekonomi syariah dan instrumen2 pendukungnya insyaAllah akan saya posting disini. Setelah saya selesai revisi tesis dan mengumpulkannya ke sekretariat sbg syarat dapet ijazah serta untuk didokumentasikan di perpustakaan sapa tau bermanfaat buat yang lain sebelum ditegor sekretariat dan malu banget deh ketemu penguji en pembimbing pdhl harusnya dah selesai sblm wisuda kemarin. Ya Allah mama Echa, malu banget tau ga!!! Mohon maaf ya pihak berwenang dan astaghfirullah al adziim (beginilah kalo lagi ga fokus dan banyak pikiran...mikir mulu ga dikerja2in). Dan yang paling penting setelah saya stulit (studi literatur) dulu ya supaya ga salah sehingga informasi yang sampai kpd teman-teman benar2 bisa bermanfaat dan saya ga diomelin DSN.

About Investing

Introduction

Have you ever wondered how the rich got their wealth and then kept it growing? Do you dream of retiring early (or of being able to retire at all)? Do you know that you should invest, but don't know where to start?

Jika jawabannya “ya” maka kita harus mulai belajar tentang investasi.

Meskipun demikian, investasi bukan skema jadi-kaya-dengan cepat. Ada learning curve, kurva pembelajaran. Karena masing-masing individu memiliki personality, gaya hidup dan minat yang berbeda. Investasi bagi tiap individu pun pasti berbeda.

What Is Investing?

Investing (n-v st ing) is the act of committing money or capital to an endeavor with the expectation of obtaining an additional income or profit (www.investodia.com)
Definisi Investasi menurut kamus besar bahasa Indonesia yaitu penanaman uang atau modal dalam suatu perusahaan atau proyek untuk tujuan memperoleh keuntungan

Investasi artinya membiarkan uang bekerja untuk kita. Pandangan kita sejak kecil adalah kita dapat menghasilkan uang dengan memperoleh pekerjaan dan bekerja. Itulah yang kebanyakan kita lakukan. Masalahnya: jika kita ingin menginginkan uang lebih, kita harus bekerja lebih keras dengan jam kerja lebih panjang. Akan tetapi, tetap saja ada batasnya berapa lama kita bisa bekerja dalam sehari dan memiliki uang banyak tidak akan terasa fun karena kita tidak punya waktu luang untuk menikmatinya.

Membuat uang bekerja untuk kita akan memaksimalkan potensi pendapatan kita meskipun kita tidak naik gaji, kerja lembur atau mencari kerja dengan gaji lebih tinggi.

What Investing Is Not
Investing is not gambling. Investasi bukan judi.

Judi adalah mengambil resiko atas uang yang dipertaruhkan pada sesuatu hasil yang tidak pasti dengan harapan akan memenangkan sejumlah uang. Bingung mengenai beda antara investasi dengan judi kemungkinan karena penggunaan alat investasi tertentu oleh sebagian orang. Misalnya, beli saham berdasarkan "hot tip" saja sehingga sama saja seperti bertaruh di kasino.

Investor sejati tidak sembarangan menginvestasikan uangnya; dia akan melakukannya dengan analisa dan menyetorkan modal hanya jika ada harapan akan profit yang cukup beralasan.

Why Bother Investing?

Setiap orang menginginkan uang lebih banyak. Berinvestasi adalah cara mudah untuk meningkatkan personal freedom, perasaan aman dan mempertahankan gaya hidup sekarang. Investasi adalah keharusan. Karena kita harus mempersiapkan masa pensiun sejak dini, dan saat ini tanggungjawab mempersiapkan masa pensiun telah beralih dari kewajiban negara menjadi kewajiban beberapa perusahaan bahkan kebanyakan kepada diri kita masing-masing.

Setelah kita tahu ide umum mengenai investasi dan mengapa kita sebaiknya melakukannya, selanjutnya kita harus paham tentang compound interest.

Albert Einstein bilang compound interest merupakan "the greatest mathematical discovery of all time". Ada benarnya, karena tidak seperti trigonometri atau kalkulus, compounding dapat diterapkan pada kehidupan sehari-hari.

Keajaiban compounding ("compound interest") mengubah uang bekerja menjadi highly powerful income-generating tool. Compounding adalah proses menghasilkan pendapatan dari pendapatan yang dihasilkan oleh suatu aset yang direinvestasikan. Untuk melakukannya diperlukan dua hal: reinvestasi pendapatan dan waktu. Semakin lama jangka waktu investasi, semakin besar kemampuan untuk mempercepat potensi pendapatan dari investasi awal.

Mari kita lihat contoh berikut:

If you invest $10,000 today at 6%, you will have $10,600 in one year ($10,000 x 1.06). Now let's say that rather than withdraw the $600 gained from interest, you keep it in there for another year. If you continue to earn the same rate of 6%, your investment will grow to $11,236.00 ($10,600 x 1.06) by the end of the second year.

Because you reinvested that $600, it works together with the original investment, earning you $636, which is $36 more than the previous year. This little bit extra may seem like peanuts now, but let's not forget that you didn't have to lift a finger to earn that $36. More importantly, this $36 also has the capacity to earn interest. After the next year, your investment will be worth $11,910.16 ($11,236 x 1.06). This time you earned $674.16, which is $74.16 more interest than the first year. This increase in the amount made each year is compounding in action: interest earning interest on interest and so on. This will continue as long as you keep reinvesting and earning interest.

Starting Early
Consider two individuals, we'll name them Pam and Sam. Both Pam and Sam are the same age. When Pam was 25 she invested $15,000 at an interest rate of 5.5%. For simplicity, let's assume the interest rate was compounded annually. By the time Pam reaches 50, she will have $57,200.89 ($15,000 x [1.055^25]) in her bank account.

Pam's friend, Sam, did not start investing until he reached age 35. At that time, he invested $15,000 at the same interest rate of 5.5% compounded annually. By the time Sam reaches age 50, he will have $33,487.15 ($15,000 x [1.055^15]) in his bank account.

What happened? Both Pam and Sam are 50 years old, but Pam has $23,713.74 ($57,200.89 - $33,487.15) more in her savings account than Sam, even though he invested the same amount of money! By giving her investment more time to grow, Pam earned a total of $42,200.89 in interest and Sam earned only $18,487.15.

You can see that both investments start to grow slowly and then accelerate, as reflected in the increase in the curves' steepness. Pam's line becomes steeper as she nears her 50s not simply because she has accumulated more interest, but because this accumulated interest is itself accruing more interest.

Knowing Yourself
Kata-kata bijak "Know Thyself" dapat dijadikan pelajaran bagi investor yaitu bahwa kesuksesan berinvestasi tergantung strategi investasi yang dipakai apakah sesuai dengan karakteristik pribadi investor atau tidak.

Meskipun semua investor berusaha menghasilkan uang, latar belakang dan kebutuhan mereka masing-masing berbeda. Sehingga metode dan alat investasi yang digunakan juga berbeda. Namun ada tiga kategori yang dipakai untuk menentukan metode dan alat investasi mana yang akan digunakan untuk mendapatkan hasil optimal, yaitu: tujuan investasi, kepribadian investor, toleransi resiko.

Investment Objectives
Keamanan modal/capital, current income dan
capital appreciation adalah faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan investasi dan tergantung pada umur, posisi/jabatan saat ini dan kondisi pribadi seseorang. Portofolio investasi seorang janda berumur 75 tahun tentu berbeda dengan portofolio seorang eksekutif berumur 30 tahun. Janda tersebut butuh pendapatan rutin dari investasinya untuk bertahan hidup dan tidak mau menanggung resiko kehilangan investasinya. Sedangkan strategi investasi seorang eksekutif tadi tentu lebih agresif dengan tingkat resiko lebih tinggi.

Posisi keuangan investor juga mempengaruhi tujuan investasinya. Begitu juga time horizon atau jangka waktu investasi yang dimiliki. Makin singkat waktu, makin konservatif investasinya.

Personality
What's your style? Do you love fast cars, extreme sports and the thrill of a risk? Or do you prefer reading in your hammock while enjoying the calmness, stability and safety of your backyard?

Peter Lynch, salah satu investor terbesar sepanjang masa mengatakan, bahwa “the key organ for investing is the stomach, not the brain". Dengan kata lain, investor harus tahu berapa volatilitas investasinya. Seberapa besar kita tahan terhadap resiko dapat digambarkan dengan: you've taken on too much risk when you can't sleep at night because you are worrying about your investments.

Putting It All Together: Your Risk Tolerance
Hal utama yang menentukan portofolio terbaik bagi seorang investor adalah kapasitasnya untuk mengambil resiko.

Preparing For Contradictions
Satu fakta penting mengenai investasi adalah tidak ada hukum mengikat atau satu cara yang benar untuk suatu tujuan. Mungkin saja dua pendekatan yang berbeda meraih sukses pada saat bersamaan.
Salah satu penjelasan kontradiksi diatas dalam investing adalah karena ilmu ekonomi dan keuangan merupakan ilmu sosial (soft science). Tidak seperti ilmu fisika atau kimia yang dapat diukur dengan rumus-rumus yang tepat dan dapat diuji dengan eksperimen. Dalam ilmu sosial tidak mungkin melakukan pembuktian yang pasti. Orang-orang dapat mengembangkan teori dan model tentang ekonomi, tetapi mereka tidak dapat menguji di lab atau melakukan eksperimen atas teori tersebut.

Sulit bagi seorang analis memprediksi dengan 100% kepastian tentang bagaimana pasar akan bereaksi terhadap berita tertentu tentang suatu perusahaan. Manusia sifatnya emosional, meskipun kita berpikir bahwa kita rasional tetapi tindakan menunjukkan bahwa bukti atau kenyataan berbicara sebaliknya.

Lihat contoh berikut bagaimana kontradiksi terjadi di pasar:

Sally believes that the key to investing is to buy small companies that are poised to grow at extremely high rates. Sally is therefore always watching for the newest, most cutting-edge technology, and typically invests in technology and biotech firms, which sometimes aren't even making a profit. Sally doesn't mind because these companies have huge potential.

John isn't ready to go spending his hard-earned dollars on what he sees as an unproven concept. He likes to see firms that have a solid track record and he believes that the key to investing is to buy good companies that are selling at "cheap" prices. The ideal investment for John is a mature company that pays out a large dividend, which he feels has high-quality management that will continue to deliver excellent returns to shareholders year after year.
So, which investor is superior?

The answer is neither. Sally and John have totally different investing strategies, but there is no reason why they can't both be successful. There are plenty of stable companies out there for John, just as there are always entrepreneurs creating new companies that would attract Sally. The approaches we described here are those of the two most common investing strategies. In investing lingo, Sally is a growth investor and John is a value investor.

Meskipun teori-teori diatas tampak berlawanan satu dengan yang lain, tiap strategi memiliki imbalan sendiri dan memiliki aspek yang cocok bagi investor tertentu sesuai karakter mereka masing-masing.

Types of Investments

Bonds

Obligasi adalah instrumen utang yang berisi janji dari pihak yang mengeluarkan obligasi untuk membayar pemilik obligasi sejumlah nilai pinjaman beserta bunga.

Obligasi termasuk salah satu jenis efek dengan kategori fixed-income. Berbeda dengan saham, yang kepemilikannya menandakan pemilikan sebagian dari suatu perusahaan yang menerbitkan saham, obligasi adalah utang dari suatu perusahaan (atau negara), sehingga pemilik obligasi disebut sebagai kreditor.

Obligasi menarik karena relatif aman. Obligasi pemerintah biasanya dijamin, atau risk-free. Tapi, keamanan dan stabilitas tersebut ada biayanya, sehingga karena little-risk maka potensial return-nya juga kecil. Saat ini yang sedang tren adalah ORI (Obligasi Retail Indonesia) yaitu obligasi pemerintah yang dijual untuk perorangan, ORI yang dikeluarkan perdana laris terjual sehingga dibatasi maksimum pembelian sebesar Rp. 50 juta per orang.

Stocks

Saham biasanya menunjuk kepada bagian pemilikan sebuah
perusahaan. Investor memiliki hak atas dividen perusahaan tersebut. Namun tidak semua saham menghasilkan dividen, ada yang tidak, hasil yang diperoleh investor dari saham adalah kenaikan harga saham tersebut. Saham lebih volatile daripada obligasi. Potential return-nya lebih tinggi, resikonya juga lebih tinggi.

Ada beberapa tipe dari saham, termasuk saham biasa, saham disukai (preferred stock), saham harta, dan saham kelas ganda. Saham disukai biasanya memiliki prioritas lebih tinggi dibanding saham biasa dalam penyebaran dividen dan aset, dan kadangkala memiliki hak pilih yang lebih tinggi seperti kemampuan untuk memveto penggabungan atau pengambilalihan atau hak untuk menolak ketika saham baru dikeluarkan (yaitu, pemegang saham disukai dapat membeli saham yang dikeluarkan sebanyak yang dia mau sebelum saham itu ditawarkan kepada orang lain).

Mutual Funds

Reksadana adalah pola pengelolaan dana investasi dimana investor dapat menanamkan modal dengan cara membeli unit penyertaan reksadana. Dana ini kemudian dikelola oleh manajer investasi ke dalam pasar modal, baik berupa
saham, obligasi
maupun pasar uang.

Keuntungan utama berinvestasi di reksadana adalah kita dapat berinvestasi tanpa perlu memiliki pengalaman dan waktu untuk memilih investasi yang menguntungkan. Kita juga tidak perlu memiliki uang yang banyak untuk dapat membeli saham atau obligasi karena dana kita akan dikumpulkan bersama dana investor lain yang membeli reksadana tersebut.

Alternative Investments: Options, Futures, FOREX, Gold, Real Estate, Etc.

Kita telah mengenal dua jenis surat berharga: surat berharga ekuitas dan surat hutang, atau lebih dikenal dengan saham dan obligasi.
Selain investasi tersebut ada beragam alternatif perangkat investasi lain yang lebih rumit dan memerlukan strategi investasi yang relatif lebih sulit. Diantaranya adalah opsi, futures, Forex, emas, real estate, warrant dan lain-lain.

Portfolios and Diversification

The Portfolio

Suatu portofolio merupakan kombinasi aset investasi yang berbeda yang di ‘mixed and matched’ dengan maksud mencapai sasaran investor. Daftar yang termasuk bagian portofolio bisa berupa aset apa saja yang kita miliki seperti barang seni dan real estate sampai surat berharga ekuitas, instrument penghasilan tetap (fixed income) dan kas maupun setara kas lainnya.

Cara mudah untuk memikirkan suatu portofolio adalah membayangkan sebuah ‘pie chart’ dengan tiap porsinya merepresentasikan jenis perangkat investasi yang kita pilih. Setiap porsi menunjukkan alokasi investasi tersebut terhadap keseluruhan investasi. Bauran aset yang kita pilih akan menentukan resiko (risk) dan imbal hasil yang diharapkan (expected return) dari portofolio kita.

Basic Types of Portfolios

Aggressive investment strategies – investasi yang mematok imbal hasil setinggi mungkin dengan toleransi resiko yang juga tinggi dengan horizon waktu yang lebih lama. Umumnya komposisi terbesar investasi dalam bentuk ekuitas.

The conservative investment strategies – investasi dengan prioritas keamanan, cocok untuk investor yang risk averse dengan horizon waktu yang lebih singkat. Portofolio yang konservatif umumnya terdiri dari kas dan setara kas, atau high-quality fixed-income instruments.

Sasaran strategi portofolio yang konservatif adalah untuk mempertahankan nilai riil-nya atau untuk memproteksi nilai portofolio terhadap inflasi.

Portofolio yang cukup agresif cocok untuk individu yang horizon waktunya lebih panjang dengan toleransi resiko rata-rata. Investor dengan tipe portofolio ini berusaha menyeimbangkan risk dan return.

Why Portfolios?

Portofolio mencerminkan diversifikasi. Dengan bauran asset investasi, keseluruhan portofolio tidak akan menderita terlalu besar jika salah satu sekuritas dalam portofolio mengalami kerugian. Cara mudah menggambarkan perlunya diversifikasi adalah "not putting all your eggs in one basket." Jika investasi disebar dalam beragam jenis aset dan pasar, kita akan terhindar dari resiko kerugian keuangan yang besar.

sources: www.investopedia.com, Essentials of Investment-nya Bodie, Kane & Marcus

Road to Success

Seorang anak muda berbicara dengan gurunya. Ia bertanya, “Guru,
bisakah engkau tunjukkan dimana jalan menuju sukses ?”

Uhm….., Sang guru terdiam sejenak. Tanpa mengucapkan sepatah kata,
sang guru menunjuk ke arah sebuah jalan. Anak muda itu segera
berlari menyusuri jalan yang ditunjukkan sang guru. Ia tak mau
membuang-buang waktu lagi untuk meraih kesuksesan. Setelah beberapa
saat melangkah tiba-tiba ia berseru, “Ha! Ini jalan buntu!” Benar,
di hadapannya berdiri sebuah tembok besar yang menutupi jalan. Ia
terpaku kebingungan, “Barangkali aku salah mengerti maksud sang
guru.”

Kembali, Anak muda itu berbalik menemui sang guru untuk bertanya
sekali lagi, “Guru, yang manakah jalan menuju sukses.”

Sang guru tetap menunjuk ke arah yang sama. Anak muda itu kembali
berjalan ke arah itu lagi. Namun yang ditemuinya tetap saja sebuah
tembok yang menutupi. Ia berpikir, ini pasti hanya gurauan. Dan anak
muda itupun merasa dipermainkan.

Emosi dan dengan penuh amarah ia menemui sang guru, “Guru, aku sudah
menuruti petunjukmu. Tetapi yang aku temui adalah sebuah jalan
buntu. Aku tanyakan sekali lagi padamu, yang manakah jalan menuju
sukses? Kau jangan hanya menunjukkan jari saja, bicaralah!”

Sang guru akhirnya berbicara, “Di situlah jalan menuju sukses. Hanya
beberapa langkah saja di balik tembok itu.”

Siapa bilang tembok adalah tujuan akhir?

sumber: anonim, www.motivasi.web.id

Cerita Debt Collector?

Bulan Maret tahun ini diawali beberapa kisah sedih. Diantaranya adalah tertundanya pembukaan ’resmi’ rumah busana Aqeela. Padahal mama antusias sekali dengan proyek ini dan niat awalnya adalah menambah maisyah sekaligus membudayakan fashion yang santun dan anggun. Nanti kita bahas perihal fashion ini yah, some other time. Back to penundaan tadi, masalahnya tehnis, brosur yang akan disebar di beberapa komplek perumahan belum selesai dibuat. Lagian knapa juga nunggu brosur selesai, yang penting kan buka dulu mama (sigh...suka bikin repot sendiri siy). Alasan lain, item barang belum lengkap (another unnecessary reason...nunggu lengkap mah kapan? Lagipula dana buat belanja dagangan udah abis. Jualan dulu baru nambah dagangan). Alhamdulillah dah ada beberapa produk yang bisa diupload di http://aqeelafashion.blogspot.com silahkan liat2.

Kisah sedih lainnya berhubungan dengan tugas dinas mama sekarang. Yaitu merangkap semacam ’debt collector’ gitu, yang ditagihnya pembayaran iuran sekolah (SPP) dan kewajiban administrasi keuangan lain yang belum ditunaikan oleh orangtua siswa. Koq bisa ya SPP ga dibayar-bayar, sampai berbulan-bulan lagi. Sedangkan biaya operasional sekolah (swasta khususnya) didanai oleh SPP. Buat membiayai KBM (kegiatan belajar mengajar), biaya kurikulum-kesiswaan, bayar gaji guru dan karyawan, buat biaya administrasi, biaya pemeliharaan sarana dan prasarana dll. Kebayang kan urgent-nya SPP bagi sekolah?

Ceritanya, pihak yayasan (yang mencakup semua unit sekolah) mengirimkan undangan bagi orangtua siswa yang bermasalah dengan kewajiban administrasi keuangan sekolah anaknya, untuk bersama-sama membicarakan penyelesaian masalah tsb. Undangan itu agak-agak scary karena jika tidak memenuhi undangan maka dengan amat sangat terpaksa pihak sekolah akan meliburkan sementara siswa yang adminkeu-nya bermasalah (duuh bukannya kejam, tapi berhubung gada respon setelah surat 1,2 dan surat lainnya). Akhirnya, berdatanganlah ortu-ortu siswa yang diundang tersebut. Dan terbukalah kisah-kisah dibalik ’kelalaian’ ortu terhadap kewajibannya.

Sebagian besar memang kisah ’krisis keuangan’ keluarga. Dan ’ndilalahnya’ sebagian besar disebabkan karena mereka adalah pengusaha mandiri alias TDA (tangan di atas) yang bisnis atw usaha yang dijalani mereka sedang mengalami situasi down. Bahkan ada yang bangkrut dan sedang merintis dari awal usahanya tsb. Sementara tidak seperti orang gajian alias pekerja kantoran, mereka tentu saja tidak ada penghasilan rutin bulanan. Sehingga terjadilah situasi krisis sementara yang mengakibatkan masalah tagihan tadi. Eit, sama sekali tidak bermaksud menakut2i agar kita ga ubah haluan jadi TDA dan uplek di dunia TDB aja loh. Justru membuka wacana betapa dinamisnya hidup di dunia TDA dan itu semua tergantung pilihan dan kemauan kita menghadapinya. Jadi TDA kudu berani dan insyaAllah return-nya lebih guede. Mudah-mudahan aja badai segera berlalu dan pengusaha2 tsb bangkit lagi meraih predikat TDAnya.

Ada pula kisah sedih yang dialami salah satu ortu yaitu ujian berupa penyakit kanker payudara yang mengguncang keuangan keluarga tsb. Betapa tidak, kanker tsb telah menyebabkan salah satu payudara ummi tsb harus ’diangkat’. Dan biaya operasi serta tindakan medis yang mengikutinya seperti kemoterapi, scan2 apa gitu, tes lab dlsb, tentu tidak murah (emang kerasa banget kalo ga punya asuransi kesehatan). Pokoke sedih deh, apalagi kalo kita memposisikan diri sebagai ummi yang mengalaminya (kayaknya ga ku-ku deh). Tentu bukan maksud mereka dengan sengaja melalaikan kewajibannya. Dan bukannya si ummi mementingkan dirinya dengan memakai hampir semua pengeluaran keluarga untuk berobat bahkan sampai berutang. Menurut ummi tsb dia sudah pasrah, yang penting kebutuhan hidup kedua anak perempuan mereka. Tapi suaminya bersikeras mengutamakan kesehatan istrinya, pengasuh dan penjaga anak-anak mereka. Tanpa keberadaan apalagi perhatian seorang ibu dalam membesarkan anak-anaknya, apalah artinya (demikian prinsip sang ayah). Nah, ibu mana yang tahan mendengar kisah ini? Mama dan Irma (teman kantor, dan yang dahulu biasa kontak langsung dengan ortu) terpaksa menahan haru (bukannya jaim loh). Eh Irma malah dah berkaca-kaca. Kami kurang pas di posisi ini deh. Pantesan biasanya ’debt collector’ dipake orang2 yang ’tebel muka’ dan ’ga punya perasaan’ (pengalaman pribadi pernah berurusan dengan ’dece’). Sorry dece, lagian kalian pantes dibilang begitu. Dilarang protes (diktator mode on). Intinya, kami ga tegaan dan tentu saja tampang kami jauuuh dari dece.

Yawda, mengambil pelajaran dari kisah diatas; ketika bumi terasa sempit, dada terasa sesak dan punggung berat menanggung beban hidup, maka tidak ada tempat lain untuk berharap. Kepada siapa lagi selain pada Yang Maha Mengatur segala urusan. Karena hidup memang senantiasa berputar. Seperti siang dan malam, terang dan gelap, sulit dan mudah. Begitulah...hidup. Maka sesungguhnya setelah kesulitan ada kemudahan, sungguh setelah kesulitan ada kemudahan. Maka apabila kamu telah selesai (dari suatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain, dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap (QS Alam Nasyrah:5-8). Semoga menjadi tausyiah bagi Ma, Pa, 3 bidadari surga kami, orang-orang yang kami cintai dan kasihi serta teman-teman semua. Allahu a’lam bi showab.