Cinta oh Cinta

Bicara cinta? Jangan bilang basi ya, meski sudah amat banyak omong-omong soal cinta, bahkan tak cuma yang diomongkan, segala tentang cinta pun dituliskan dalam bentuk puisi, prosa, cerpen, novel, lirik lagu, hingga difilmkan…bicara cinta ga ada basinya. Mengapa sampai sebegitunya ya. Mungkin karena rasa cinta pada diri manusia merupakan sesuatu yang fitrah, dah dari sananya, dianugrahkan oleh Allah kepada manusia. Dan tak disangkal, biasanya perasaan cinta itu indah, membuai sekaligus menggelisahkan hingga merusak namun juga mencandu.

"Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia; dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga)"(QS. Ali Imran : 14)

Sebenarnya bagaimana sih ahsannya menempatkan rasa cinta itu? Apakah boleh suka-suka qta aja, diumbar kesana kemari, layaknya kisah di sinetron kacangan yang mempertontonkan kenistaan atas nama cinta? Tentu aja engga, kudu pake aturan. Aturan seperti apa? Kalo ga salah inget sih, dulu pernah dapet kajian mengenai cinta ini (halah, koq ya repot banget cinta pake dikaji2 segala ya). Yaiyalah, Islam itu kan syamil wa mutakammil. Ga cuma urusan gede2 aja yang disampaikan dengan jelas, pernak pernik kehidupan pun sudah diatur demi memudahkan hidup kita.
Bahkan tentang cinta manusia pun ada aturannya, sesuai do’a sabda Nabi:
Allahumma inna nas'aluhubba-Ka, wahubba man yuhibbu-Ka, wahubba 'amalin yuqorribuna ilaiKa”...yang artinya “ya Allah kami memohon cinta-Mu, cinta orang-orang yang mencintai-Mu dan mencinta amalan yang mendekatkan kami kepada-Mu”. Aduh aduh so romantic yah, begitu indah...menyesakkan dada akan rindu kepada yang Maha Indah dan Cinta Sejati. Jadi ingin kujatuh cinta lagi dan selalu...

Yang ini nih, rangkaian puitisnya om Sapardi Djoko Damono tentang cinta, pasti dah pada hafal deh. Ada yang ngutip juga buat surat cintanya kan? Hayo ngaku. Aku ingin mencintaimu dengan sederhana/lewat kata yang tak sempat disampaikan/awan kepada air yang menjadikannya tiada/Aku ingin mencintaimu dengan sederhana/dengan kata yang tak sempat diucapkan/kayu kepada api yang menjadikannya abu.

Meski kenyataannya kemudian, cinta tak pernah sesederhana itu. Pun buat aku, yang kemudian malah ingin cinta yang mewah terucapkan dan terbuktikan (maksudnya, kalo cinta beliin Hummer dong...juga kuda besi yang banyak dan bermanfaat buat umat, lalu hadiahi rumah luas di lereng pegunungan dengan istal kuda, berdampingan dengan masjid, taman qur’an, perpustakaan umum dan sekolah gratis serta rumah yatim merangkap pesantren...tambah tambak ikan dan udang sekalian peternakan domba, kambing, sapi dan kelinci? gitu loh). Materialistik banget yah...gapapa, Islam tidak melarang kita menguasai dunia sekaligus mendapat akhirat kan? Mungkin, inilah maksud ungkapan Imam Ghazali ketika menafsirkan surah Al-Qashash ayat 77, “Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) dunia…” dengan menyebut, “Ad-Dun-ya mazra’atul akhirah.” (Dunia adalah ladang buat akhirat).

Mau cinta lagi? nih syair lagunya White Lion... As we walk the golden mile/Down the pretty isle/I know that you are mine/And there’s nothing in this world/That I know I wouldn't do/To be near you everyday/Every hour every minute/Take my hand and let me lead the way…All thru your life/I’ll be by your side/Till death do us part/Baby I’ll be your friend/My love will never end/Till death do us part. Singkatnya, cinta mati, gitu deh….

Back to topic, mudah-mudahan beginilah menempatkan cinta (Marotibul-hubb) seharusnya………

1. Ta'athuf (artinya kurang lebih: simpati)
Walaupun agak sulit mencari padanan yang tepat dalam bahasa Indonesia, namun bisa dikatakan bahwa ta’athuf adalah “rasa cinta” terhadap hal yang bersifat materi (madah) atau dunia.
Kecintaan terhadap dunia (materi) harus diletakkan sewajarnya dengan tidak berlebih-lebihan. Ingat do’a yang meminta agar Allah meletakkan dunia di "tangan" kita, dan bukan di "hati" kita. Dan banyak ungkapan lain yang mengingatkan kita untuk “tidak terlalu” mencintai dunia. Dari kecintaan terhadap materi (dunia) ini lahirlah sikap intifa (memanfaaatkan).
2. Shobabah (artinya kurang lebih: curahan, menuang)
Tingkatan ini lebih tinggi dari sekedar ta’athuf (simpati). Kecintaan yang bersifat shobabah semestinya di curahkan kepada sesama muslim (Al-muslim). Dari sini lahirlah sikap ukhuwah.
3. As-syauq wal ghorom (kerinduan yang sangat)
Sasaran dari rasa cinta ini adalah Al-mu’min. Dari sini lahir sikap kasih sayang dan pengutamaan (mawaddah wa tafadhol)
4. Al-‘Isyq (Artinya kurang lebih "kemesraan")
Dalam bahasa Indonesia dikenal istilah asyik-masyuk yang diserap dari istilah ini. Obyek dari perasaan ini adalah Ar-Rasul dan Al-Islam. Lahir sikap jihad dan pengorbanan (al-jihad wat-tadhiyyah)
5. At-Taim (kemesraan yang sempurna, yang utama)
Obyek dari kecintaan tertinggi ini adalah tentu saja Allah ‘Azza Wajalla. Dari sini lahirlah sikap 'ubudiyah (penghambaan).

Jika kita menempatkannya secara proporsional, kecintaan terhadap sesuatu tidak mereduksi kecintaan kepada yang lain. Ada satu ungkapan dari Ibnu Taimiyah. : mencinta dicinta tercinta adalah keutamaan mencinta tercinta. Kecintaan kita kepada sesuatu yang dicintai oleh orang yang kita cintai adalah kesempuranaan dalam mencintai orang tercinta.
Allah mencintai Rasulullah. Maka wajib bagi kita untuk mencintai Rasulullah sebagai ungkapan keutamaan cinta kita kepada Allah.
Kecintaan kita kepada Rasullulah adalah karena kita cinta kepada Allah. Karena Kecintaan Kepada Allah adalah Prioritas Tertinggi, maka Cintailah Segala Sesuatu itu Karena Kecintaan Kita Kepada Allah.

Akhirnya, aku suka melafalkan do’a ini karena kucinta padamu karena Allah….maka terimalah do’aku dan hadiahkan untukku serta orang-orang yang kau cintai…..' Ya Alloh, Engkau mengetahui bahwa hati-hati ini telah berhimpun dalam cinta pada-Mu. Telah berjumpa dalam taat pada-Mu. Telah bersatu dalam da'wah pada-Mu. Telah terpadu dalam membela syari'at-Mu. Kokohkanlah, Ya Allah ikatannya, kekalkan cintanya. Tunjukilah jalan-jalannya. Penuhilah hati-hati ini dengan cahaya-Mu yang tiada pernah pudar. Lapangkanlah dada-dada kami dengan limpahan keimanan kepada-Mu dan keindahan bertawakal pada-Mu. Nyalakanlah hati kami dengan ma'rifat kepada-Mu. Matikanlah ia dalam syahid di jalan-Mu. Sesungguhnya Engkaulah sebaik-baik pelindung dan sebaik-baik penolong...'

*bagian marotibul hubb mama kutip dari Mari Bicara "Cinta" (www.kajianmuslimah.blogspot.com)

Tunggulah Aku di Tepi Telaga

Samar kuingat janjiku untuk menemuinya di tepi al Kautsar

Masih setiakah diriku?

Di tepi telaga kekasih setia mencinta sebut-sebut namaku dan namamu, cemaskah?

Berpeluh tubuh mengingatimu, tak pelak memupus harapku menantimu menemuinya

Tegakah kau memberati langkahku menuju telaga itu?

Meragu kuingat pernah terucap janji menemuinya di tepi al Kautsar o adakah kasih itu tersisa untukku?

Demi masa aku lalai dalam hingar bingar terang yang menyilaukan tatapanku kerap nanar dan enggan melawan hingga jiwaku kembara

Dan dahagaku akan fatamorgana di gurun panas tak berkesudahan, sudikah dirinya mengusap debuku dan membasuhnya dengan sejuk air telaga?

Tunggu….tunggulah aku di tepi al Kautsar, demi masa akan kutemui kekasihku disana bersama dirimu yang tersumpah padaku satu mitsaqon gholizo,

tunggulah aku di tepi al Kautsar dan saljukan panasku dengan syafa’atmu saja.