Introduction
Have you ever wondered how the rich got their wealth and then kept it growing? Do you dream of retiring early (or of being able to retire at all)? Do you know that you should invest, but don't know where to start?
Investing (n-v
Definisi Investasi menurut kamus besar bahasa Indonesia yaitu penanaman uang atau modal dalam suatu perusahaan atau proyek untuk tujuan memperoleh keuntungan
Membuat uang bekerja untuk kita akan memaksimalkan potensi pendapatan kita meskipun kita tidak naik gaji, kerja lembur atau mencari kerja dengan gaji lebih tinggi.
What Investing Is Not
Investing is not gambling. Investasi bukan judi.
Why Bother Investing?
Keajaiban compounding ("compound interest") mengubah uang bekerja menjadi highly powerful income-generating tool. Compounding adalah proses menghasilkan pendapatan dari pendapatan yang dihasilkan oleh suatu aset yang direinvestasikan. Untuk melakukannya diperlukan dua hal: reinvestasi pendapatan dan waktu. Semakin lama jangka waktu investasi, semakin besar kemampuan untuk mempercepat potensi pendapatan dari investasi awal.
Mari kita lihat contoh berikut:
If you invest $10,000 today at 6%, you will have $10,600 in one year ($10,000 x 1.06). Now let's say that rather than withdraw the $600 gained from interest, you keep it in there for another year. If you continue to earn the same rate of 6%, your investment will grow to $11,236.00 ($10,600 x 1.06) by the end of the second year.
Because you reinvested that $600, it works together with the original investment, earning you $636, which is $36 more than the previous year. This little bit extra may seem like peanuts now, but let's not forget that you didn't have to lift a finger to earn that $36. More importantly, this $36 also has the capacity to earn interest. After the next year, your investment will be worth $11,910.16 ($11,236 x 1.06). This time you earned $674.16, which is $74.16 more interest than the first year. This increase in the amount made each year is compounding in action: interest earning interest on interest and so on. This will continue as long as you keep reinvesting and earning interest.
Starting Early
Consider two individuals, we'll name them Pam and Sam. Both Pam and Sam are the same age. When Pam was 25 she invested $15,000 at an interest rate of 5.5%. For simplicity, let's assume the interest rate was compounded annually. By the time Pam reaches 50, she will have $57,200.89 ($15,000 x [1.055^25]) in her bank account.
Pam's friend, Sam, did not start investing until he reached age 35. At that time, he invested $15,000 at the same interest rate of 5.5% compounded annually. By the time Sam reaches age 50, he will have $33,487.15 ($15,000 x [1.055^15]) in his bank account.
What happened? Both Pam and Sam are 50 years old, but Pam has $23,713.74 ($57,200.89 - $33,487.15) more in her savings account than Sam, even though he invested the same amount of money! By giving her investment more time to grow, Pam earned a total of $42,200.89 in interest and Sam earned only $18,487.15.
Kata-kata bijak "Know Thyself" dapat dijadikan pelajaran bagi investor yaitu bahwa kesuksesan berinvestasi tergantung strategi investasi yang dipakai apakah sesuai dengan karakteristik pribadi investor atau tidak.
Investment Objectives
Personality
Peter Lynch, salah satu investor terbesar sepanjang masa mengatakan, bahwa “the key organ for investing is the stomach, not the brain". Dengan kata lain, investor harus tahu berapa volatilitas investasinya. Seberapa besar kita tahan terhadap resiko dapat digambarkan dengan: you've taken on too much risk when you can't sleep at night because you are worrying about your investments.
Putting It All Together: Your Risk Tolerance
Preparing For Contradictions
Salah satu penjelasan kontradiksi diatas dalam investing adalah karena ilmu ekonomi dan keuangan merupakan ilmu sosial (soft science). Tidak seperti ilmu fisika atau kimia yang dapat diukur dengan rumus-rumus yang tepat dan dapat diuji dengan eksperimen. Dalam ilmu sosial tidak mungkin melakukan pembuktian yang pasti. Orang-orang dapat mengembangkan teori dan model tentang ekonomi, tetapi mereka tidak dapat menguji di lab atau melakukan eksperimen atas teori tersebut.
Lihat contoh berikut bagaimana kontradiksi terjadi di pasar:
Sally believes that the key to investing is to buy small companies that are poised to grow at extremely high rates. Sally is therefore always watching for the newest, most cutting-edge technology, and typically invests in technology and biotech firms, which sometimes aren't even making a profit. Sally doesn't mind because these companies have huge potential.
John isn't ready to go spending his hard-earned dollars on what he sees as an unproven concept. He likes to see firms that have a solid track record and he believes that the key to investing is to buy good companies that are selling at "cheap" prices. The ideal investment for John is a mature company that pays out a large dividend, which he feels has high-quality management that will continue to deliver excellent returns to shareholders year after year.
So, which investor is superior?
The answer is neither. Sally and John have totally different investing strategies, but there is no reason why they can't both be successful. There are plenty of stable companies out there for John, just as there are always entrepreneurs creating new companies that would attract Sally. The approaches we described here are those of the two most common investing strategies. In investing lingo, Sally is a growth investor and John is a value investor.
Meskipun teori-teori diatas tampak berlawanan satu dengan yang lain, tiap strategi memiliki imbalan sendiri dan memiliki aspek yang cocok bagi investor tertentu sesuai karakter mereka masing-masing.
Bonds
Obligasi adalah instrumen utang yang berisi janji dari pihak yang mengeluarkan obligasi untuk membayar pemilik obligasi sejumlah nilai pinjaman beserta bunga.
Obligasi termasuk salah satu jenis efek dengan kategori fixed-income. Berbeda dengan saham, yang kepemilikannya menandakan pemilikan sebagian dari suatu perusahaan yang menerbitkan saham, obligasi adalah utang dari suatu perusahaan (atau negara), sehingga pemilik obligasi disebut sebagai kreditor.
Obligasi menarik karena relatif aman. Obligasi pemerintah biasanya dijamin, atau risk-free. Tapi, keamanan dan stabilitas tersebut ada biayanya, sehingga karena little-risk maka potensial return-nya juga kecil. Saat ini yang sedang tren adalah ORI (Obligasi Retail Indonesia) yaitu obligasi pemerintah yang dijual untuk perorangan, ORI yang dikeluarkan perdana laris terjual sehingga dibatasi maksimum pembelian sebesar Rp. 50 juta per orang.
Stocks
Saham biasanya menunjuk kepada bagian pemilikan sebuah perusahaan. Investor memiliki hak atas dividen perusahaan tersebut. Namun tidak semua saham menghasilkan dividen, ada yang tidak, hasil yang diperoleh investor dari saham adalah kenaikan harga saham tersebut. Saham lebih volatile daripada obligasi. Potential return-nya lebih tinggi, resikonya juga lebih tinggi.
Ada beberapa tipe dari saham, termasuk saham biasa, saham disukai (preferred stock), saham harta, dan saham kelas ganda. Saham disukai biasanya memiliki prioritas lebih tinggi dibanding saham biasa dalam penyebaran dividen dan aset, dan kadangkala memiliki hak pilih yang lebih tinggi seperti kemampuan untuk memveto penggabungan atau pengambilalihan atau hak untuk menolak ketika saham baru dikeluarkan (yaitu, pemegang saham disukai dapat membeli saham yang dikeluarkan sebanyak yang dia mau sebelum saham itu ditawarkan kepada orang lain).
Mutual Funds
Reksadana adalah pola pengelolaan dana investasi dimana investor dapat menanamkan modal dengan cara membeli unit penyertaan reksadana. Dana ini kemudian dikelola oleh manajer investasi ke dalam pasar modal, baik berupa saham, obligasi maupun pasar uang.
Keuntungan utama berinvestasi di reksadana adalah kita dapat berinvestasi tanpa perlu memiliki pengalaman dan waktu untuk memilih investasi yang menguntungkan. Kita juga tidak perlu memiliki uang yang banyak untuk dapat membeli saham atau obligasi karena dana kita akan dikumpulkan bersama dana investor lain yang membeli reksadana tersebut.
Kita telah mengenal dua jenis
The Portfolio
Suatu portofolio merupakan kombinasi aset investasi yang berbeda yang di ‘mixed and matched’ dengan maksud mencapai sasaran investor. Daftar yang termasuk bagian portofolio bisa berupa aset apa saja yang kita miliki seperti barang seni dan real estate sampai
Cara mudah untuk memikirkan suatu portofolio adalah membayangkan sebuah ‘pie chart’ dengan tiap porsinya merepresentasikan jenis perangkat investasi yang kita pilih. Setiap porsi menunjukkan alokasi investasi tersebut terhadap keseluruhan investasi. Bauran aset yang kita pilih akan menentukan resiko (risk) dan imbal hasil yang diharapkan (expected return) dari portofolio kita.
Aggressive investment strategies – investasi yang mematok imbal hasil setinggi mungkin dengan toleransi resiko yang juga tinggi dengan horizon waktu yang lebih lama. Umumnya komposisi terbesar investasi dalam bentuk ekuitas.
The conservative investment strategies – investasi dengan prioritas keamanan, cocok untuk investor yang risk averse dengan horizon waktu yang lebih singkat. Portofolio yang konservatif umumnya terdiri dari kas dan setara kas, atau high-quality fixed-income instruments.
Sasaran strategi portofolio yang konservatif adalah untuk mempertahankan nilai riil-nya atau untuk memproteksi nilai portofolio terhadap inflasi.
Portofolio yang cukup agresif cocok untuk individu yang horizon waktunya lebih panjang dengan toleransi resiko rata-rata. Investor dengan tipe portofolio ini berusaha menyeimbangkan risk dan return.
Why Portfolios?
1 komentar:
mama echa salam kenal dari prafangga,
saya tertarik dengan artikel anda.
minta ijin yah, silahkan direview di
investing-now.blogspot.com
apabila njenegan tidak berkenan, akan saya hapus. Matur nuhun.
Posting Komentar