Shaf

Tengah kudirikan raka’at demi raka’at yang kian hari
terasa menghampa
ketika gerimis itu menderas
hati tersiram basah hidayah-Mu,
terdesak kerinduan akan cinta-Mu

Duhai, Zat yang Maha
Jangan biarkan hamba menjadi
sebutir garam
di samudera kehidupan
Tak berarti apa-apa

Entah gundah apalagi yang kan menjumpa esok
Masih tangan ini berusaha menyusun
Shaf demi shaf
memperjuangkan sebuah jalan
sementara anak sungai
membelah pipi
menyapu kotoran hati
Seijin-Mu ya Al Ghoffar
terpacu selaraskan getaran hati
dengan melodi tasbih jagad raya

Tertatih menapaki jalan mendaki
nuju singgasana benderang-Mu
saat mengata, melihat, mendengar, mencium dan
merasa
keMaha-an-Mu.

Jakarta, 1995. Catatan saku seorang mhs feui.

0 komentar: