Makna Musibah

April baru lewat sepekan, semestinya semangat belum boleh down. Tapi entahlah, beberapa hari ini mama merasa semangat menurun. I'm feeling blue...beberapa hari tapi kemudian secara kebetulan sabtu kemarin diminta 'infal' ngisi halaqoh yang biasanya dipegang murobbi. Ya Allah...ga ku-ku banget, mengingat ruhiyah juga lagi down. Eh ndilalah nyari materi malah ketemunya tentang menjaga motivasi. Klik banget dengan sikon diri. Jadinya sambil 'recharge' diri sendiri deh, mudah-mudahan sih nyampe ke sodari2ku yang mau berbaik hati dan bersabar menjadi pendengar saat itu heheh.

Namanya juga hidup ternyata emang banyak banget kisahnya. Kali ini mungkin kisah sedih or musibah yang membuat semangat terguncang turun tapi...tunggu dulu, apa iya musibah itu selalu dalam bentuk kisah sedih? Engga...musibah atau ujian itu bisa juga berupa kekayaan, jabatan, kenikmatan, kecantikan, de el el yang indah2 dimata. Dan ujian dalam bentuk tsb perlu disikapi dengan ucapan dan perilaku syukur. Allah berfirman : Laa insyakartum laa adzidannakum wala inkafartum inna adzabi lasyadid QS 14:7). So, pas senang ya curhat2 juga dong...jangan hanya pada saat kita ditimpa musibah dalam bentuk kesusahan, penyakit, kekurangan harta, atau bahkan kematian. Nah menyikapi musibah seperti ini coba deh baca tulisan mengenai makna musibah berikut ini. Mudah-mudahan melapangkan hati yang rasanya sempit saat kesusahan dan mendongkrak semangat yang tiba-tiba drop saat ada guncangan. Yuk baca sama-sama.

"Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu. Allah SWT mengetahui sedangkan kamu tidak mengetahui." (QS Albaqarah [2]: 216).

Menurut Alquran dan hadis, musibah mempunyai paling sedikitnya tiga makna. Pertama, musibah sebagai hukum sebab akibat. Allah SWT menghukum manusia berupa bencana seperti banjir, tanah longsor, wabah penyakit. Itu semua disebabkan oleh perbuatan manusia karena berpaling pada aturan yang telah ditetapkan-Nya.

"Apa saja nikmat yang kamu peroleh adalah dari Allah SWT, dan apa saja bencana yang menimpamu, maka itu adalah dari kesalahan dirimu sendiri. (QS Annisa [4]: 79). Kedua, musibah sebagai penebus dosa. Allah SWT menghendaki datangnya musibah berupa kesusahan, rasa sakit, kekurangan harta, dan kematian tidak lain sebagai penghapus dosa hamba-hambanya. Nanti di akhirat ada dosa yang tak diperhitungkan lagi karena hukumannya sudah ditunaikan Allah SWT di dunia.

Rasulullah SAW bersabda, "Apabila Allah SWT menghendaki kebaikan bagi hamba-hambanya, maka didahulukan baginya hukuman di dunia dan bila Allah SWT menghendaki keburukan, maka dibiarkan dengan dosa-dosanya, sehingga dosa-dosanya itu dibalas pada hari kiamat." (HR Abu Daud). Ketiga, musibah sebagai ujian untuk kenaikan derajat di sisi Allah SWT.

Sabda Rasulullah SAW, "Sesungguhnya orang-orang saleh akan diperberat (musibah) atas mereka. Dan tidaklah seorang Mukmin tertimpa suatu musibah, seperti tertusuk duri, atau lebih ringan dari itu, kecuali akan dihapuskan dosa-dosanya dan ditingkatkan derajatnya." (HR Ahmad, Ibnu Hiban).

Dalam hadis Qudsi disebutkan, "Siapa saja yang tidak rela terhadap ketetapan-Ku dan tidak berlaku sabar terhadap cobaan-Ku dan tidak bersyukur terhadap nikmat-nikmat-Ku, maka carilah olehmu Tuhan selain Aku."

Tak ada cara lain kecuali berserah diri kepada Allah SWT dan selalu beristighfar memohon ampun kepada-Nya. Karena, seperti disebutkan dalam cuplikan ayat tadi, bisa jadi yang tidak kita sukai justru baik bagi kita. Sebaliknya, bisa jadi juga yang kita sukai justru akan mencelakakan kita. Semoga kita senantiasa menjadi hamba yang sabar, namun teguh hati dan selalu istikamah terhadap apa pun yang akan datang dalam kehidupan kita.(Ruslani:2008)

sumber: republika online

0 komentar: