Bendera Setengah Tiang


Innalillaahi wa inna ilaihi roji'uun. Telah meninggal mantan Presiden Republik Indonesia yang berkuasa selama hampir 32 tahun, Bapak Soeharto. Terlepas dari kontroversi yang ada mengenai beliau, cukup pantas rasanya sesama manusia dan muslim mengucapkan turut berbela sungkawa dan mendoakan; mudah-mudahan Allah menerima amal kebaikan beliau dan mengampuni dosa-dosanya. Allah Maha Adil, Maha Hakim yang akan memberikan putusan bagi beliau.

Banyak yang merasa kehilangan, karena bagaimana pun sejarah bangsa dan negara Indonesia telah mencatat kehadirannya di dunia ini. Terserah versi sejarah dan warna tinta mana yang kita ambil. Bagi bapak dan mama saya, pak Harto adalah Presiden yang berhasil dan sangat layak dihormati, betapa tidak, pada masa pemerintahan beliau lah kedua ortu saya mengalami masa yang 'jaya' sebagai pengusaha konveksi. Hidup pengusaha! Saat-saat tahun 90-an industri tekstil sedang tumbuh2nya. Sampai-sampai konveksi-an bapak bisa ekspor ke Timur Tengah. Krisis ekonomi tahun 1997 (krismon istilah topnya) diikuti lengsernya beliau ternyata mengecilkan juga ekonomi kelas pengusaha menengah seperti bapak saya. Gampangnya, versi bapak; gara-gara Soeharto lengser, usaha bapak kolaps. Versi pedagangnya lagi; bapak bawa uang 10juta buat belanja bahan (kain, benang, risleting, dan alat konveksi lainnya deh) ternyata di tanah abang harga naik 3-4 kali lipat. Bapak bawa pulang lagi duit, ga jadi belanja. Berharap harga turun ternyata harga2 betah nangkring diatas.

Belum lagi pada saat beliau, dengan versi diktatornya, justru Indonesia lebih 'dihargai' oleh bangsa lain. Sekarang? aduuuh betapa inginnya dengan konsisten memotivasi diri dan seluruh rakyat untuk 'bangun', berlari, kerja keras, sehingga tidak tertatih-tatih mengejar teman2 lain di kelas Asia ini. Tentu sisi gelap beliau dalam versi sejarah lain juga ada. Penguasa tunggal, lambat laun jadi diktatorlah, pelanggaran HAM (dengan alasan apa pun tidak ada sisi pembenaran) dan lain-lain. Saya tidak ingin menuliskan sisi buruk beliau.

Sekali lagi, terserah versi sejarah dan warna tinta mana yang kita ambil. Tapi, cukup layak dan tidak susah kan untuk mengibarkan bendera setengah tiang?. Dengan versi niat dan kasus yang berbeda, bendera setengah tiang juga untuk menunjukkan kesedihan kita akan nasib saudara-saudara kita di Palestina. Kemarin kan bertepatan juga dengan munashoroh Palestina.

0 komentar: